Mahasiswa di belahan
bumi manapun pasti akan mendapatkan tugas dari dosennya, dan saya sebagai
mahasiswa selalu mengganggap bahwa tugas merupakan suatu kewajiban hakiki yang
patut dipenuhi. Tentunya setiap universitas menerapkan suatu komponen nilai
pada tugas yang telah dibuat mahasiswa. Di kampus saya sendiri, komponen tugas
adalah 20% dari keseluruhan nilai. Apabila tugas tidak dilaksanakan, maka
komponen tersebut akan lenyap.
Di kampus saya, tugas
yang paling sering diberikan adalah tugas makalah. Tugas makalah ada yang
diberikan di awal perkuliahan dimulainya semester itu, maupun di saat setelah
UTS (Ujian Tengah Semester). Waktu pemberian tugas itu tergantung pada
kebijakan dosen yang bersangkutan. Adapun tata cara pemberian tugas makalah
lazimnya seperti ini:
1.
Dosen akan membentuk atau memerintahkan mahasiswa
untuk membentuk kelompok yang terdiri dari beberapa orang.
Lazimnya,
apabila 1 kelompok terdiri dari 5 orang maka yang bekerja di kelompok tersebut
adalah 1 orang saja. Jikalau semuanya bekerja maka hal itu dapat dikatakan
sebagai mukjizat.
2.
Dosen akan membagi sebuah judul yang akan dijadikan
makalah ke tiap-tiap kelompok.
Untuk
hal ini, ada banyak variasi cara bagi dosen dalam memberikan judul.
Ada
dosen yang memberikan judul yang telah dipelajari saat perkuliahan dengan
tujuan mahasiswa dapat mendalami materi dan diharapkan dapat mengembangkan
materi sebaik mungkin.
Namun,
seringkali dosen memberikan judul makalah yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
Hal ini tidak masalah apabila sang dosen telah memberikan dasar-dasar materi
dari mata kuliah tersebut. Mirisnya, ada pula yang memberikan judul yang belum
pernah dipelajari dan mahasiswa belum pernah sama sekali mendapat dasar dari
materi mata kuliah tersebut sehingga yang terjadi adalah mahasiswa akan seperti
orang buta yang mencoba “meraba” materi yang berkaitan dengan judul makalah.
3.
Kemudian dosen akan membuat suatu
aturan-aturan/batasan-batasan pembuatan makalah, seperti harus berapa halaman,
harus berapa buku yang digunakan sebagai sumber dan tentunya menetapkan tanggal
pengumpulan makalah kepada dosen.
Naasnya,
deadline tanggal pengumpulan
mayoritas tugas makalah adalah 1 minggu. Tidak masalah jika hanya satu mata
kuliah. Namun, seringkali dalam seminggu perkuliahan ada 4 mata kuliah yang
memberikan tugas makalah dengan deadline
waktu pengumpulan yang sama. Apabila hal ini terjadi, tentunya mahasiswa akan
merasa seperti “diperkosa” oleh tugas-tugas. Apalagi jika mahasiswa yang
bersangkutan bekerja sendiri di kelompoknya.
4.
Lalu kebanyakan dosen akan memerintahkan
mahasiswanya untuk menge-print
makalah yang telah dibuat lalu memfotokopikannya ke tiap-tiap kelompok yang ada
dikelas.
Jika
1 kelas ada 12 kelompok, maka minimal tiap-tiap kelompok lain harus mendapat 1
makalah. Belum lagi masing-masing anggota kelompok sendiri yang juga perlu
fotokopinya. Ini hanya 1 mata kuliah. Rata-rata tiap semester ada 10 mata
kuliah dan minimal 8 dari 10 mata kuliah itu ada tugas makalah. Bayangkan
berapa banyak pohon yang telah ditebang hanya untuk perkara fotokopi ini! Tiap
semester hanya untuk print makalah
(termasuk revisinya) saja, saya menghabiskan 1 rim kertas A4, belum lagi
hitung-hitungan kertas yang difotokopi. Pedihnya, tidak semua orang di kelas
yang menghargai makalah itu. Beberapa makalah seringkali terlihat berserakan
ditinggal di kelas. Bagi saya, hal itu mubazir sekali. Sia-sia kertas yang
berisi ilmu itu.
5.
Langkah selanjutnya, dosen akan memerintahkan
tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan makalahnya di depan kelas secara
bergiliran tiap minggu.
Di
tahap presentasi ini, kelompok akan memaparkan secara singkat makalah yang
telah mereka buat, ups maksud saya
yang dibuat oleh salah satu anggotanya saja. Kemudian akan ada 2 sesi tanya
jawab dimana biasanya 1 sesi ada 3 pertanyaan dari audiance yang merupakan kelompok-kelompok lainnya.
Tapi
ada pula dosen yang membatasi hanya 1 sesi saja agar beliau dapat menjelaskan
secara rinci mengenai judul makalah yang dipresentasikan. Namun sayang, dosen
yang seperti ini sangat langka. Tapi ingat, tetap ada loh dosen super seperti
ini.
Kebanyakan
dosen akan menghabiskan waktu kuliah pada sesi tanya jawab itu. Sehingga
mahasiswa harus jeli dalam memahami materi makalah yang dipaparkan dan
sekiranya ada hal yang tidak dipahami, maka dia diperkenankan bertanya untuk 1
kali kesempatan saja.
Namun,
bagi saya hal tersebut amat sangat tidak efektif karena kita bertanya pada
orang yang baru saja mempelajari hal itu. Akan tetapi, tak jarang ada pemakalah
yang memang benar-benar paham pada makalah yang disajikannya sehingga ia mampu
melahap habis setiap pertanyaan dengan jawaban yang luar biasa. Mahasiswa
seperti ini langka juga karena pada dasarnya mayoritas pemakalah sendiri
bingung dengan materi dari makalah yang telah dibuatnya sendiri.
Seringkali
ketika saya kritis bertanya pada pemakalah, pemakalah malah kelabakan mencari
jawabannya. Saya bukan bermaksud mencari kesalahan pemakalah. Saya semata-mata
hanya ingin mencari jawaban atas hal yang belum saya ketahui dan semata-mata
hanya ingin memuaskan hasrat ingin tau saya. Mayoritas mahasiswa bertanya
seadanya sehingga tidak terbuka semua materi yang perlu diketahui.
Pada
saat pemakalah kelabakan mencari jawaban, maka pemakalah melemparkannya pada
teman-teman kelompok lain atau meminta dosen untuk membantu menjawab
pertanyaan.
Kebanyakan
dosen akan mengambil alih diskusi dan menjawab pertanyaan, namun tak jarang ada
dosen yang ngotot meminta teman-teman kelompok lain untuk menjawabnya.
Alasannya klasik: agar tiap orang di kelas berani beropini sehingga bisa paham
pada materi yang dipresentasikan.
Kebanyakan dosen
setelah presentasi selesai akan mengulas kembali tiap pertanyaan yang
dilontarkan audiance dan meluruskan
jawaban dari pemakalah apabila salah. Lalu adapula dosen yang mengulas tuntas
materi dari makalah berdasarkan bahasanya sendiri dan tidak terpaku pada
makalah meskipun tetap mengapresiasi makalah (ini dosen yang saya suka karena
tak dapat dipungkiri masih banyak makalah yang “awut-awutan” sehingga memang
sangat dibutuhkan penjelasan dari dosen mengenai materi tersebut dari awal
hingga akhir).
Tapi ada beberapa dosen
yang bahkan tidak sempat menjelaskan materi ataupun meluruskan jawaban karena
waktu kuliah telah habis termakan oleh pertanyaan (yang kebanyakan sia-sia)
dari audiance. Jika sudah seperti
ini, mahasiswa hanya melempem membayangkan materi kuliah yang belum “dikupas”
tadi akan dimasukkan dalam soal ujian. Mayoritas dosen sulit ditemui diluar
untuk diajak berdiskusi. Untungnya saya kenal seorang dosen serba bisa yang
asyik diajak berdiskusi mengenai segala hal kapanpun saya mau. Hal tersebut
tentunya sangat menolong. Selain itu, agar memahami materi secara mendalam,
mahasiswa dituntut untuk senantiasa membaca buku.
Makalah-makalah tersebut biasanya akan
selalu dijadikan bahan yang akan diujiankan. Tentu tak masalah bagi mahasiswa
yang rajin membaca dan berdiskusi, tapi kebanyakan teman saya mengaku tidak
paham pada materi-materi yang dipresentasikan sehingga bisa ditebak bagaimana
bingungnya mereka dikala ujian tiba.
Begitu banyaknya kemudharatan tugas makalah bagi saya dan juga teman-teman saya. Akan
tetapi, tentunya setiap hal di dunia ini pastinya diciptakan
berpasang-pasangan. Begitu juga mudharat,
jika ada mudharat pasti ada maslahatnya pula. Dan menurut saya, kemaslahatan tugas makalah ini adalah
membuat saya semakin mahir untuk membuat makalah yang benar teknik penulisannya
sehingga ini tentunya akan membantu saya nanti ketika akan menyusun skripsi. Oh
iya, satu hal lagi. Makalah ini sedikit-banyak melatih saya untuk semakin mahir
berbicara di depan umum karena tak dapat dipungkiri kemampuan berbicara yang
baik memang diperlukan di bidang saya kelak. Tetapi, kemampuan berbicara tidak
hanya bisa ditingkatkan melalui presentasi tugas makalah saja, kan? Banyak
jalan menuju Roma, kawan.
Saya kira itu saja sih maslahatnya. Tentu tak sebanding kan
dengan begitu banyaknya mudharat yang
ditimbulkan tugas makalah ini. Jadi, menurut saya untuk mengefektifkan proses
perkuliahan, perlu diciptakan suatu tugas dengan sistem baru sehingga tidak
menimbulkan banyak kemudharatan
seperti tugas makalah ini.
Oke, itulah tipe tugas di kampus saya.
Bagaimana di kampus kalian?
Sumber gambar: google.com
BalasHapus