Translate

Senin, 23 Januari 2017

Antara Hoax, Pancasila, dan Konsep Religion Nation State

Sumber: http://www.cryptonews.biz
Belakangan ini, kondisi perpolitikan di Indonesia menjadi lebih panas dari biasanya. Kondisi politik yang sedemikian panas itu sedikit banyak memberi pengaruh untuk menimbulkan polemik-polemik sosial dalam kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan seseorang seketika dapat menjelma menjadi seorang ahli hukum, ahli politik, bahkan ahli agama, meskipun tanpa latar pendidikan yang sejalur dengan apa yang digembar-gemborkan dalam opininya di media sosial. Sebenarnya beropini sama sekali tak salah. Yang salah itu justru ketika kita beropini tanpa dasar dan data yang konkrit, bahkan yang lebih berbahaya bukan hanya tanpa dasar dan data, akan tetapi malah memutarbalikkan fakta dan data yang valid. Tentunya opini tersebut akan merugikan banyak pihak yang terseret dalam opini dengan data hoax itu. Sehingga disini yang paling besar memikul tanggung jawab tersebarnya opini yang salah jalur adalah sang empunya si berita hoax.
Sumber: www.vmlearning.com.au
Ridwal Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil melalui akun media sosialnya memaparkan bahwa diketahui selama 2016, tersebar 2700an berita hoax. Berita-berita hoax banyak bergentayangan di media sosial dan cenderung memperkeruh kondisi sosial politik di Indonesia. Masyarakat yang kurang teliti tentunya akan dengan mudah terpengaruh oleh berita hoax yang datanya mungkin diperoleh dari negeri paralel.
Berdasarkan survei pribadi di jejaring facebook, twitter, dan instagram, berita hoax banyak menyinggung tentang politik serta satu hal lain yang cukup sensitif, yaitu agama. Topik mengenai agama sering dijadikan sasaran empuk untuk dipelintir oleh segelintir orang yang usil untuk membuat orang lain yang percaya akan berita tersebut menjadi panas sehingga memicu percikan api amarah di pikiran seseorang. Konon lagi ketika topik agama dicampurbaurkan dengan politik dalam suatu berita hoax? It will lit the fire up and burn everything!
Sumber: cdn.sailingscuttlebutt.com
Berita-berita hoax yang topiknya menyinggung agama dan politik yang selalu bikin mata, telinga, dan kepala panas ternyata mampu secara masif mengusik damai dan indahnya kehidupan di Indonesia. Perseteruan antar pribadi yang sepele kini mampu menjadi perseteruan antar kelompok, bahkan golongan. Perseteruan tersebut bahkan mampu menimbulkan konflik-konflik horizontal di masyarakat. Topik agama yang awalnya hanya dijadikan kail untuk memancing pikiran untuk panas mulai dibawa-bawa. Media sosial pun mendadak menjadi panggung bagi pihak-pihak yang ingin berdebat kusir mengadu argumen-argumen yang dianggap paling sempurna sehingga tidak memungkinkan bagi siapapun untuk mematahkan teori nyablak dalam argumennya.

Pancasila sebagai ideologi negara lambat laun juga mulai diseret untuk ikut serta dalam perdebatan tiada berujung antar golongan yang satu dengan golongan yang lain. Ada pihak yang mempertanyakan keabsahan Pancasila dalam kehidupan bernegara, ada pula pihak yang tetap condong pada paham Pancasilaisme. Sebenarnya saya sendiri lebih condong untuk tetap bersatu teguh di bawah sebuah naungan negara yang berideologi Pancasila. SBY sendiri pernah menyebutkan suatu pernyataan dalam seminar  yang berjudul “Memaknai 70 tahun Kemerdekaan RI” di Balai Sidang Universitas Indonesia pada tanggal 20 Agustus 2015, bahwa Pancasila merupakan ideologi terbaik di dunia (Sumber: click this hyperlink). Senada dengan hal tersebut, akademisi UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Murodi menilai Pancasila merupakan ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya, juga agama (Sumber: click this hyperlink).
Sumber: www.gurupendidikan.com
Pancasila sendiri dapat dimaknai sebagai suatu ikatan hukum prismatik yang mengambil berbagai kebaikan dari nilai kepentingan, nilai sosial, dan konsep keadilan serta menghubungkannya dalam suatu hubungan keseimbangan, yaitu salah satunya hubungan keseimbangan yang terkait dengan masalah agama, yang sempat kita bahas di paragraf sebelumnya. Sehingga hubungan keseimbangan yang menjadi concern pembahasan kali ini adalah keseimbangan antara negara dan agama. Prof. Mahfud MD menjelaskan dalam bukunya bahwa apabila merujuk pada hubungan antara negara dan agama, Indonesia dengan Sistem Hukum Pancasila yang prismatik bukanlah negara teokrasi yang menjadikan satu agama sebagai agama resmi, namun bukan pula negara sekuler yang mengabaikan sepenuhnya agama-agama yang dianut rakyatnya. Kebebasan beragama merupakan suatu hak asasi yang mutlak yang dilindungi oleh konstitusi serta tidak boleh dilanggar atau dikurangi oleh siapapun, termasuk oleh negara. Indonesia tidak mendasarkan diri pada satu agama tertentu, tetapi juga tidak berarti terlepas sama sekali dari agama dan kehidupan beragama. Indonesia adalah sebuah religious nation state (negara kebangsaan yang religius) yang menghormati dan membina semua agama yang dianut oleh rakyatnya sepanjang berkemanusiaan dan berkeadaban. Oleh sebab itu, tidak boleh ada kebijakan, apalagi hukum yang diskriminatif (mengistimewakan yang satu dan merendahkan yang lain), dalam kehidupan beragama di kalangan rakyat.
Pelayanan negara terhadap para pemeluk agama dalam hal peribadatan haruslah adil dan tidak memandang besar atau kecilnya jumlah penganut. Negara harus membina kehidupan beragama warganya tanpa ikut mengatur cara peribadatannya. Semua warga negara harus mendapat perlindungan untuk beribadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Pada saat yang sama semua warga negara harus menyadari bahwa memeluk agama itu adalah hak asasi yang tak boleh diganggu oleh siapapun, sehingga semua pemeluknya harus menumbuhkan sikap toleransi atau saling menghargai.[1]
Dengan bersandar pada konsep religion nation state tersebut, diketahui bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang sangat toleran dalam kehidupan beragama. Tidak seharusnya sikap toleran yang telah dibangun sejak Indonesia merdeka harus runtuh hanya karena ada satu pihak yang memaksakan kehendaknya -karena termakan berita hoax- untuk menyuperioritaskan  satu agama. Pandai-pandailah menyaring berita agar amarah tak mudah meluap. Cintailah kedamaian. Apa jadinya negara jika yang ada di antara rakyat hanyalah kekisruhan? Jangan mau dipecah belah oleh berita picisan yang tak jelas datanya. Bersatulah di bawah Pancasila. Di bawah 5 sila yang telah menjadi ideologi negara dan menaungi bangsa dalam kedamaian selama ini.
Sumber: assets-a1.kompasiana.com
Damailah Indonesia. Damailah Negeriku.





[1] Moh. Mahfud MD. 2010. Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 29-30

Jumat, 06 Januari 2017

What Is The Meaning of A True Friendship?

W
Source: norahcolvin.files.wordpress.com
ell, I can simply explain that a friendship is such a complex relation between you and somebody else, no matter boy or girl. Why do I use “complex” word there? Because actually, a friendship is quite hard to explain. A friendship always including you and your friend, and a word called “friend” here is the most complex thing to describe.
I already lived for 21 years and for sure I already know who the hell a friend is. There is some kind of friend that I know. Even it’s hard to describe, well.. I’ll try. Here they are:
1.       A genuine friend
This type of friend is hard to find, but you possibly have one or more in your life, because I believe that God must be created some kind of this guy, even if it’s so limited. A genuine friend is the one who being your friend for no reason except he/she likes you. A genuine friend hopes nothing for you. He/she made a friendship with you without thinking for any benefit that he/she can take from you. A genuine friend doesn't always support you because when he/she realize that you make a mistake, he/she will revive you. He/she doesn’t choose to always support you because he/she wants to build “a good guy” character inside you. A genuine friend is the one who laughs with you genuinely, and obviously without any fake laugh. A genuine friend always makes you comfortable for telling any kind of your story, secret. He/she even will make you like to talking about shit with him/her. A genuine friend will never stab you on your back. A genuine friend is the one and only guy that you can trust. A genuine friend can simply describe as a true friend.
Source: stgabrielsns.ie
2.       An exploiter friend
This type of friend is such an a**h*le guy. An exploiter friend acts nicely in front of you if he/she needs your help, but he/she never really wants to be your friend if you don’t give any benefit for him/her. I think there are a billion people like this. And you know what? I know exactly who the hell is acting nicely to me just because he/she needs me. I have your name on my list, though. Maybe I never act something to show that I know you’re an exploiter friend. I kept being nice to you but don’t you realize that I always stay away from you? Haha.. Now you know that I know what happened for all this time.
Source: schoolatoz.nsw.edu.au
3.       A madafaka (Indonesian style of m*****f*****) friend
I don’t want to tell you a lot about this type of friend. This type of friend is the one who always hates you secretly but acts nice in front of you. This type of friend always makes a rumor about you that seriously will pissing you off. I know who the hell is act like this too. So just f*** off and stop giving me a fake smile.
Source: proteus500.files.wordpress.com
4.       A common friend
This type of friend is the guy who not knowing you a lot. You and this kind of friend only say hi when you two were met. You don’t even know whether he/she is really your friend or just a people you used to talk before.
Source: lewamack.com
I’m sure that you guys have that 4 type of friend that I mention above and maybe you have more than 4 type of friend. If it’s true just let me know *blink*.